Scan barcode
A review by lavenive
Lalu Tenggelam di Ujung Matamu by Miranda Seftiana
4.5
"Lidah yang telah mengecap pahit akan lebih sering menahan diri dalam menelan. Apalagi hati yang pernah disuguhi pahitnya pengkhianatan, tentu tidak mudah untuk menaruh kepercayaan terlebih pada bualan, semanis apa pun diucapkan. ..."
Teluk Selong mendadak meradang ketika Gusti Suanang dan Umar Gayam saling hardik di halaman. Adam, putra Umar Gayam, dinilai tak pantas meminang Intan karena bukan keturunan bangsawan. Petang itu Umar bersumpah, akan tiba suatu masa Gusti Sunang menghamba pada orang yang ia hina. Delapan tahun berselang, Gusti Suanang jatuh dalam koma yang berkepanjangan. Seorang guru berkata bahwa Gusti Suanang masih tertahan ampunan orang yang ia kecewakan.
Awal membaca buku ini aku langsung teringat dengan buku Tenggelamnya Kapal Van der wWjck, semua bermula dari kisah cinta yang kandas karena beda kasta. Dari buku yang punya cover 'seragam' sama buku ini, mungkin sejauh ini Lalu Tenggelam di Ujung Matamu jadi salah satu favoritku. Berbeda dengan 3 buku yang aku baca sebelumnya, buku ini enggak menimbulkan rasa berat di hatiku. Semua rasa berat seakan ikut tenggelam dalam pemakaman di Nagara.
Aku selalu menyukai buku dengan latar di luar Jawa, mengenal adat dan budaya baru, kehidupan baru, dan istilah-istilah baru. Membaca buku ini seakan menarikku menjadi sosok ketiga yang bersama Adam melakukan penelitian di Nagara, bersama Adam belajar untuk ikhlas tanpa menaruh dendam dan juga belajar untuk merelakan sesuatu.